Selasa, 16 Juni 2020

SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA


Pendidikan Masyarakat Prasejarah

    Bentuk pendidikan masa prasejarah masih sangat sederhana. Pendidikan hanya dilakukan melalui keluarga. Orang tua memberikan materi pendidikan kepada anak. Sesuai dengan karakteristik masyarakat yang sangat tergantung pada alam dan lingkungan, materi pendidikan diarahkan pada keterampilan untuk berburu, meramu, mengumpulkan makanan, bercocok tanam, dan mencetak benda.


Model pendidikan berbentuk aplikatif, langsung ke lapangan (alam terbuka) dan diturunkan secara turun-temurun. Hal itu dapat dilihat dari kebudayaan yang dihasilkan masyarakat prasejarah, mulai dari masa paleolithikum, mesolithikum, neolithikum, megalithikum, dan perundagian. Pada masa perundagian, pendidikan sudah diarahkan untuk menguasai pembuatan beberapa benda logam, misalnya gerabah perunggu, kapak perunggu, bejana, nekara, moko, dll. Pengajaran pada masa ini sudah dilakukan pada tingkat sosial tertentu. Manusia dicita-citakan sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakatnya, yaitu memiliki semangat gotong royong, menghormati para tetua, dan taat kepada adat.

Pendidikan di Zaman Hindu Kuno


Pada abad ke-8 M, di kerajaan Mataram Kuno di salah satu tembok Candi Borobudur, terlihat suatu lukisan di atas batu yang menggambarkan sekolah, seperti halnya yang berlaku pada saat ini. Pendopo besar dan di tengah-tengah pendopo tampak terlihat adanya seorang Brahma sedang di kanan kirinya  dan di depannya murid-murid membentuk sebuah lingkaran. Para siswa memegang buku terlihat sedang menerima pelajaran.




Buku apa yang sedang dibaca, tidak dapat diketahui secara pasti. Sistem yang dipakai pada masa Hindu-Buddha adalah sistem asrama. Siswa-siswa belajar dengan seorang guru dalam suatu rumah. Para pendidik saat itu tidak menerima gaji namun hidupnya terjamin oleh para siswanya yang pada waktu-waktu tertentu memberikan apa yang diperlukan guru untuk kehidupannya.

Para siswa bekerja disamping belajar sehingga mereka dapat menjamin kehidupan gurunya. Buku pelajaran yang dipegang oleh para siswa tersusun dari rangkaian daun lontar, seperti yang bisa kita lihat di museum-museum. Adanya bukti tersebut mengartikan bahwa bangsa kita pada waktu itu telah pandai membaca bahasa Sanksekerta atau bahasa Kawi. Adapun huruf yang dipakai yaitu huruf Jawa.
Saat itu para pelajar sering disebut sebagai cantrik, djedjangan dan putut. Dasar-dasar pendidikan dan pengajaran adalah agama Buddha atau Brahma. 

Perkembangan pendidikan dan pengajaran di Mataram Lama ini banyak dikemukakan dari berita-berita Tiongkok. Selain pelajaran agama Buddha mungkin sekali para siswa mempelajari kepustakaan Hindu, seperti Mahabarata dan Ramayana. Hal ini bisa diidentifikasi dengan keberadaan Candi Prambanan yang menceritakan Sri Rahma secara lengkap.

Pendidikan pada masa Hindu-Buddha mengutamakan soal budi pekerti dan kesusilaan. Di bawah pemerintahan Dinasti Sanjaya mengalami kemakmuran yang tinggi. Tidak terjadi tindakan kriminal, misalnya sebuah kantong yang berisi uang yang terletak di tepi jalan selama berbulan-bulan tidak diambil orang. Disiplin dan moral tersebut nampaknya begitu mendalam dalam sanubari rakyat Mataram.

Tempat pendidikan pada masa Hindu-Buddha sering disebut dengan pacatrikan ataupun padepokan. Padepokan merupakan tempat menggembleng, melatih kanuragan, memanah, bela diri, melatih ilmu pemerintahan, melatih ilmu kebudayaaan, kesenian dan bermasyarakat dan mengatur pola hubungan manusia dengan alam sekitarnya.




Padepokan didirikan oleh kerajaan yang tujuannya untuk mempersiapkan para kader kerajaan yang kelak ikut dalam birokrasi pemerintahan kerajaan. Setiap padepokan memiliki kekhususan ilmu yang diajarkan, ada padepokan khusus untuk bela diri, kesusastraan, pemerintahan atau kadang mencakup semuanya. Masyarakat saat itu menitipkan anak-anaknya untuk dididik di padepokan tersebut.

Pendidikan pada Masa Hindu-Buddha diarahkan pada kesempurnaan pribadi (terutama lapisan atas) dalam hal agama, kekebalan dan kekuatan fisik, keterampilan memainkan senjata dan menunggang kuda. Sedangkan bagi rakyat jelata atau rkayat lapisan bawah, relatif belum mengenyam pendidikan.


Pendidikan Permulaan Masuknya Islam


Masuknya agama islam di Indonesia diawali melalui jalur perdagangan dan para wali



di masa itu pendidikan berorientasi pada pembinaan Akhlak dan kepatuhan pada Allah melalui ibadah untuk keselamatan (Islam)




media dan alat yang digunakan dalam mengenal islam ialah melalui Pesantren, Mengenal Buku-buku tulisan Arab dan Melayu/Melayu Arab/Arab Gundul




Pendidikan Masa Kolonial

SISTEM PERSEKOLAHAN MASA HINDIA BELANDA DI INDONESIA ABAD KE-20

    Pada masa Hindia Belanda, terdapat tiga jenjang sekolah, yaitu sekolah rendah, sekolah menengah, dan sekolah tinggi. Jalur sekolah untuk anak Belanda adalah Europese Lagere School (ELS) ke Lycea, HBS V dan atau HBS III. Dari sekolah Lycea dan HBS V dapat melanjutkan ke sekolah tinggi (THS, GHS, atau RHS). Jalur sekolah bagi anak Belanda ini dapat juga dimasuki oleh anak Bumiputera dan Tionghoa yang terpilih. Jalur sekolah Bumiputera adalah HIS dengan lama belajar tujuh tahun. Setelah itu, mereka dapat melanjutkan ke MULO, AMS, atau ke sekolah kejuruan Eropa dan Kweekschool. Bagi masyarakat keturunan Tionghoa biasanya mereka memilih jalur HCS (Hollandsche Chineesche School) dengan bahasa pengantar Belanda. Sekolah untuk Bumiputera rendahan sendiri adalah Sekolah Desa (Volkschool) dan Sekolah Kelas II (Tweede Inlandsche School). Dari sekolah ini mereka dapat melanjutkan ke Schakel School (sekolah peralihan) agar dapat melanjutkan ke MULO, AMS, dan sekolah tinggi.


Empat Karakter Utama Pendidikan Jaman Kolonial Belanda

1. Dualistis-diskriminatif
    Sekolah dibedakan untuk anak pribumi, anak belanda dan tionghoa, juga berdasarkan bahasa pengantarnya:

2. Gradualis
    Sistem sekolah dikembangkan sangat lamban, sehingga perlu seratus tahun lebih Indonesia memiliki sistem pendidikan yang lengkap dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.

3. Konkordansi
    Kurikulum dan sistem ujian disamakan dengan sekolah di negri Belanda, dan

4. Pengawasan yang sangat ketat
    Pendidikan telah memberi peluang kepada bangsa Indonesia untuk mengisi jabatan yang dahulunya khusus dicadangkan bagi "kasta" Eropa, dan secara perlahan mejadikan memiliki etos budaya yang ingin semakin dekat dengan budayanya orang-orang Belanda


Perbedaan Pendidikan Kolonial  dan Pendidikan Nasional

  1. Pendidikan di masa Kolonial Menguasai Bahasa pergaulan internasional setidaknya bahasa Belanda atau bahasa asing lainnya, sedangkan di masa pendidikan nasional hanya menguasai Sastra Jawa, Arab dan Melayu
  2. Pendidikan di masa Kolonial Memadukan kurikulum nasional dan internasional, sedangkan di masa pendidikan nasional menggunakan Kurikulum Lokal dan Nasional
  3. Mutu guru dan Tenaga kependidikan, Mutu Sarana Prasarana, dan Sumber Belajar, serta Mutu pengelolaan sekolah yang berbeda/timpang

Kesimpulan
    Pendidikan dari zaman prasejarah hingga saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat sejalan dengan perkembangan teknologi. Karena ilmu teknologi di dapat dari perkembangan ilmu pengetahuan. Sampai saat dimana kita sedang mengalami bencana Pandemi Covid-19, ilmu pengetahuan berlomba lomba dalam mencari penawar dari virus tersebut. Kita sebagai Mahasiswa Informatika harus dapat beradaptasi dengan keadaan yang NEW NORMAL. Karena banyak dari kegiatan-kegiatan kita sehari hari menggunakan teknologi. Kita harus lebih mengasah kemampuan kita di bidang Informatika karena di situ banyak peluang yang muncul karena kondisi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar